Kamis, 17 November 2011

CARA UNTUK MENCARI TAHU

 “Permisi Mbak, saya mau tanya, kalau daerah Kasongan, Bantul itu dimana ya, lewatnya mana ya?” Tanya seorang mahasiswa baru PTS yang berasal dari Luar Jogja kepada pramusaji rumah makan padang, di Jalan Kaliurang Km.12 Sleman.

Adakah kesalahan dalam pertanyaan diatas? Kalau dari sopannya tentu mahasiswa dari luar Jogja  tersebut salah satu orang yang sopan, dia mengawali pertanyaa dengan kata “permisi”.

PENGAMATAN ITU PERLU
Kesalahan utama mahasiswa tersebut adalah menanyakan alamat didaerah Bantul kepada orang yang berada di daerah Sleman. Kesalahan sepele ini bisa mengakibatkan kebingungan dalam memberikan arahan, kalau pun dijawab pasti jawaban tersebut tidak akan akurat, dan sangat mungkin menyesatkan. Maka sebelum bertanya sebaiknya anda melihat-lihat keadaan sekitar.Usahakan anda berada sedekat mungkin dengan alamat yang ingin anda tuju.

Cara ini dinamai observasi atau pengamatan. Ini dilakukan pada tahap awal untuk mencari tahu sesuatu. Dalam pengamatan ini sangat mengandalkan kepekaan indra (lihat; dengar; cium; sentuh) dalam mengamati dan membaca keadaan. Namun dalam pengamatan tersebut observator tidak boleh melakukan penilaian terhadap keadaan yang diamati. Bila ini dilakukan maka pembaca kalian akan kebingungan.

Kegiatan observasi terkait dengan pekerjaan memahami gambaran realitas serta detail-detail kejadian yang berlangsung. Untuk itu diperlukan upaya untuk memfokuskan amatan pada obyek-obyek yang tengah diamati.

Observasi memerlukan daya amatan yang kritis, luas, namun tetap tajam dalam mempelajari rincian obyek yang ada dihadapannya. Untuk mendapatkan amatan yang obyektif si pengamat mesti bisa untuk mengontrol emosional dan mampu menjaga jarak dengan segala rincian obyek yang diamati.

Dalam penggalian data melalui observasi ini sifatnya langsung dan orisinil. Langsung artinya, dalam amatannya tidak berdasarkan teori, pikiran, pendapat, ia menemukan langsung apa yang hendak dicarinya. Orisinil, artinya hasil amatannya merupakan hasil cerapan indranya, bukan yang dilaporkan orang lain.

BERTANYA KEPADA ORANG YANG SALAH BERAKIBAT PADA KEBENARAN DATA YANG KITA DAPAT
Kesalahan kedua adalam menanyakan alamat di Jogja kepada pramusaji rumah makan padang. Seperti halnya menanyakan masalah kerusakan komputer ke mahasiswa kehutanan, mungkin anda akan diberitahu bagaimana cara mendaur ulang komputer anda menjadi humus.

Jadi bertanyalah kepada orang yang selayaknya tahu atau kemungkian tahu. Yakni kepada orang yang melihat, mendengar, atau mengalami suatu peristiwa, atau dalam jurnalistik dikenal dengan narasumber lingkaran pertama.

Narasumber lingkaran kedua adalah orang yang mengetahui dari orang lain. Jauhi orang seperti ini, karena dia akan berkata “katanya-katanya-katanya”. Jangan langsung memasukan pernyataannya dalam tulisan anda, dan jangan sekali-kali mempercayai mereka tanpa klarifikasi dari pihak yang bersangkutan. Maka dari itu cukup terima informasi dari mereka sebagai petunjuk.

Narasumber lingkaran ketiga adalah pengamat. Yang harus dipastikan disini adalah kredibilitasnya sebagai seseorang yang mempunyai keilmuan dalam hal yang ingin anda tulis, atau cukup lihat gelarnya –kalau kalian ingin pragmatis-. Permasalahanya adalah di Indonesia banyak orang yang sok tau. Orang ketika mendengar berita korupsi, mereka lantas menjadi hakim dadakan, atau ketika melihat pertandingan sepak bola, menjadi pengamat jadi-jadian, hal seperti ini yang harus kalian hindari.

JANGAN MENGGURUI ORANG YANG KAMU TANYAI
Perlu diperhatikan bahwa wawancara bukanlah proses tanya jawab seperti ‘saya bertanya-anda menjawab’. Tidak sama dengan pertanyaan di dalam ruang perkuliahan, disana anda boleh membangun ide terlebih dulu, tapi disini tidak.

Wawancara lebih luas dari sekedar proses tanya jawab didalam kelas. Pewawancara dan yang diwawancarai berbagi pekerjaan ‘membangun ingatan’. Tujuan umumnya merekonstruksi kejadian yang, entah itu baru terjadi atau telah lampau.

Tipsnya ialah, bertanyalah dengan kalimat yang singkat. Cukup 8-12 suku kata. Kesalahan media mainstream kita –yang sering dipertontonkan- ialah menanyakan sesuatu dengan kalimat yang panjang. Ini berakibat pada memory dari narasumber kita akan semakin berkurang, dan berakibat dengan jawaban yang singkat dari narasumber kita.

SEMBAHLAH AKURASI
Untuk menggali data gunakan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya terbuka. Ajukan pertanyaan 5W+1H berkali-kali, dengan formulasi yang berbeda-beda, sampai tidak ada lagi fakta yang bisa diperoleh di sumber informasi itu.
Penting dicermati akurasi setiap fakta yang diperoleh. Akurasi tidak hanya berkaitan dengan angka dalam pengertian jumlah maupun besaran. Akurasi juga mencakup cara penulisan nama, sebutan, cara mendeskripsikan warna, sosok, suasana, bahkan menuliskan ucapan dan sebagainya.
Ketidakcermatan, kelalaian atau kemalasan untuk melakukan cek ulang, merupakan sumber ketidakakuratan fakta. Ketidakakuratan berpotensi mengundang tuntutan hukum dari pihak yang merasa dirugikan oleh ketidakakuratan itu. Kalau anda tidak yakin lakukan cross-check ulang dari data yang diperoleh sebelumnya demi akurasi data.

OFF THE RECORD
Ini adalah saat kalian melindungi hak narasumber anda. Anda tidak boleh menulis kata-kata tersebut dalam terbitan. Sekalipun itu merupakan hal yang penting. Banyak wartawan mendapat teguran dari narasumbernya perihal hal ini.

Biasanya narasumber mengatakannya dalam hal informasi yang belum tentu benar atau bila itu diterbitkan mungkin akan merugikan pihak lain.

Namun anda dapat menjadikan hal tersebut sebagai info atau petunjuk, yakni dengan menanyakan hal tersebut kepada narasumber yang lain. Jadi ada sumber yang dapat dijadikan acuan.

JUJUR ITU PENTING, NAMUN DIKSI HARUS TETAP DIPERHATIKAN
Karena sifat dari pekerjaan ini adalah membangun ingatan dan mencari tahu, maka penting bagi anda untuk membangun trust kepada narasumber. Bila narasumber sudah merasa nyaman maka dia akan menceritakan segala hal yang anda ingin ketahui.

Trust ini dibangun dengan kejujuran dan akan rusak dengan kebohongan. Saran saya bila tidak diperlukan suatu kebohongan setidaknya anda lebih aman dengan berkata jujur.

Yang harus anda lakukan adalah memperkenalkan diri anda. Biasanya cukup nama dan dari terbitan mana anda berasal. Ini yang penting dan kadang terlewatkan. Selayaknya anda menjelaskan kepada narasumber motivasi anda mewawancarai dia.

Gunakan kata-kata yang baik dalam menjelaskan motivasi anda, pilih kata-kata yang tidak menyinggung perasaan narasumber anda. Seperti halnya anda menanyakan kronologis kecelakaan yang menewaskan seorang anak, kepada ibunya,  atau menanyakan tentang isu korupsi di dekanat kepada Dekannya, mungkin yang terjadi anda akan diusir dari ruang dekan dengan lemparan benda.

Ingat, tujuan anda disana adalah mencari tahu, bukan untuk menghukum orang, maka dalam hal tersebut anda tidak dapat lantas blak-blakkan,  maka dari itu anda harus berhati-hati dalam memilih kata-kata.

BERIKUT HAL-HAL YANG PENTING DAN BIASA TERABAIKAN
Buat janji bila perlu. Usahakan datang 10 menit sebelum waktu dijanjikan, waktu tersebut dapat anda gunakan untuk mempersiapkan diri;
Perkenalkan diri anda sebelum mengajukan pertanyaan. Ceritakan pula motif anda untuk mewawancarai mereka;
Jangan menyela pembicaraan;
Tatap narasumber, sebagai tanda anda menghormati jawaban mereka;
Gunakan alat perekam atau catat setiap kata-kata yang menurut anda penting;
 Mintalah nomor telephon yang bisa dihubungi dari narasumber anda, ini penting. Dengan hal ini anda bisa mengecek lagi setiap kata-kata yang pernah mereka ucapkan;
Segera salin hasil wawancara anda, hal ini sangat membantu karena ingatan anda masih segar untuk mengingat setiap kata-kata narasumber, jangan tunda-tunda.

GUNAKAN SEMUA SUMBER DAYA
Persiapkan segala sesuatu sebelm anda bepergian, kalau perlu cari peta sebelum bepergian, setidaknya anda tahu arah sebelum pergi, itu yang dilupakan mahasiswa PTS diatas.

Jangan merasa pintar. Bacalah data-data yang terkait dengan apa yang hendak anda tulis, apa lagi mengenai hal-hal yang bukan merupakan keahlian anda.

Misal mengenai masalah pertambangan. Anda tidak bisa langsung terjun kelapangan sebelum anda tahu seluk beluk mengenai pertambangan. Maka yang anda perlukan ialah study literatur terkait masalah tersebut.
Karena tingkat validitas data itu harus bisa dipertanggungjawabkan maka dalam pencarian data seorang jurnalis harus hati-hati memanfaatkan dokumentasi yang sudah ada.
Pemanfaatan data yang terdokumentasikan tidak terbatas pada undang-undang, atau peraturan lainnya. Hasil dari sebuah penelitian, berita di media, arsip, buku, juga bisa dijadikan sebagai data dokumen, tapi juga harus mempertimbangkan validitas dari data-data tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar