Ada baiknya memiliki teman yang suka berbicara, minimal tidak akan ada waktu dimana kita saling membisu. Tapi akan terasa menjengkelkan bila perbincangan itu berlarut-larut, hingga menghabiskan waktu. Terlebih yang ia ceritakan tentang hal-hal yang hanya penting untuk dirinya saja. Jeleknya lagi ia selalu mengulang-ulang ceritanya. Belum lagi tentang hal-hal yang tidak masuk akal yang ia ceritakan. “Wuaahhhhhh..!!!!” Mungkin menurut dia, saya adalah teman yang baik, tapi tidak bagi saya. Hanya masalah waktu hingga saya mengatakan, “Pak, saya berhenti langgalan koran bapak!”
Cerita diatas menggambarkan bagaimana koran menjadi teman bagi para pembacanya, dan bagaimana kualitas suatu terbitan penting agar pembaca bisa tetap setia.
Pernah saya membaca dalam suatu jurnal atau hal sejenis itu, terkait bagaimana awal mula koran itu terbentuk. Sekalipun saya meragukan tentang kebenaran cerita ini.
Saat ini, bisa dikata Amerika adalah negara maju dalam segala hal, namun Amerika pernah mengalami jaman dimana tidak ada keteraturan, jaman dimana senjata adalah nyawa, jaman yang tidak jauh berbeda dengan keadaan Timika akhir-akhir ini.
mungkin seperti ini awal mula sebuah terbitan |
Maka yang dilakukan pemerintah ialah memberi harga setiap kepala seorang kriminal sesuai tingkat kejahatannya. Usaha itu dilakukan dengan mengeluarkan edaran berjudul “WANTED” yang berisi gambar wajah, nama, dan nominal harga untuk kepala mereka.
Selebaran kemudian ditempel dipenjuru kota, di kedai minum, bahkan dipintu gereja. Ini berguna agar para pemburu uang atau kriminal yang lain dapat mengetahui harga buruannya dengan kata kawan seprofesinya. Tak jarang sesama pemburu saling buru untuk uang.
Berangsur-angsur selebaran itu menjadi tebal, karena memuat revisi untuk buruan yang sudah terpenggal. Lama kelamaan pemerintah menjadikan media ini untuk menyebarkan informasi penting bagi kalayak, tidak hanya tentang buronan.
Anda bisa tidak percaya atau membantah cerita diatas, pertama karena saya tidak menyebut sumbernya, kedua saya mengawali pembahasan dengan kata-kata keraguan.
Namun dalam hal ini yang hendak saya terangkan ialah bagaimana mudahnya membuat koran. Tanpa teori yang ribet, mereka mampu membuatnya.
Intinya, pertama anda harus jujur dalam memberikan informasi, termasuk sumber informasi. Karena kebohongan dalam sebuah informasi hanya akan menyesatkan pembaca dan pada akhirnya merugikan anda sendiri.
Kedua, adalah kebutuhan. Lihat dan cermati apa kebutuhan orang disekitar terkait informasi. Beri apa yang mereka mau, dan mereka akan membaca apa yang kamu tulis. Jangan beri orang berhobi musik tentang berita yudisial review.
Untuk koran komunitas ini menjadi mudah, anda cukup menulis apa yang menjadi fokus komunitas anda. Untuk media besar, mereka mengatasinya dengan menulis beberapa segmen berita, agar pembaca dapat memilih berita yang ia hendak baca.
Dalam hal ini jangan pula mengada-ada, atau mengarang berita yang sesuai dengan kesenangan pembaca. Akibatnya adalah pembaca akan suka eforianya, dan muntah pada akhirnya, karena informasi yang ia terima tipu-tipu belaka.
Ketiga, update informasi. Orang terkadang dikatakan pembohong ketika memberikan informasi. Tuduhan ini kadang timbul karena ia menyampaikan informasi yang tidak terupdate.
Memberi informasi lama sama dengan memberikan berita bohong. Anda harus berterus terang dan menyebutkan kapan anda mendapatkan informasi itu. Hal ini penting agar orang yang membaca mampu mengikuti keterbaruan berita.
Keempat, jangan terlalu panjang. Jaman kita saat ini adalah jaman menye-menye, jamanya film, foto dan hal renyah lainnya. Hal yang canggih dan modern. Tulisan panjang bukan kegeraman, tapi kemalasan untuk membacanya. Fokus untuk memberikan informasi atau pembaca akan segera membalik halaman untuk mencari promo susu balita, bagi ibu-ibu muda. Hilangkan opini dalam berita, itu akan memperingkas tulisan.
Kelima, anda bisa mencoba menulis berita di sekitar anda, saat ini juga. Tidak perlu gelar, pelatihan khusus atau ujian sebelum menulis, karena pada dasarnya kita semua adalah pewarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar